Siklus batuan adalah sebuah proses perputaran dimana material bumi berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya, akibat adanya interaksi antara lempengan tektonik dan siklus hidrologi. Siklus batuan ini berbeda dengan siklus hidrologi yang dapat terjadi setiap hari. Dalam siklus batuan, justru prosesnya membutuhkan waktu hingga ribuan tahun sehingga tidak diketahui secara jelas kapan dan akhir dari siklusnya.
Secara singkat, proses siklus batuan ini berasal dari magma yang keluar dari bawah permukaan bumi, kemudian menjadi dingin karena terkena hujan dan sinar matahari, sehingga menjadikannya sebuah batuan beku. Batuan beku tersebut jika dibiarkan di udara terbuka maka kelamaan akan rusak dan hancur.

Sumber: geolsoc.org.uk
1. Magma Mengalami Kristalisasi
Batuan yang ada di bumi ini semuanya diawali oleh adanya magma. Magma ini merupakan “bahan pokok” pembentuk batuan yang terletak di bawah permukaan bumi. Biasanya, magma ini keluar dari gunung berapi. Magma ini mengalami proses kristalisasi, yakni proses pembekuan hingga membentuk sebuah kristal atau mineral. Magma yang telah mengkristal ini biasanya dapat ditemukan di sepanjang gunung berapi yang telah mengalami erupsi. Nah, dari magma yang membeku ini nantinya akan membentuk sebuah jenis batuan, yakni batuan beku.
2. Mengalami Pengangkatan dan Pelapukan
Batuan-batuan beku yang telah terbentuk tersebut apabila berada di udara terbuka, tentu saja akan mengalami proses pelapukan. Batuan yang mengalami proses pelapukan paling cepat adalah batuan yang membeku di permukaan bumi, sebab terpapar langsung oleh cuaca di bumi baik air hujan maupun panas matahari. Maka dari itu, batuan yang berada di permukaan bumi jelas lebih cepat mengalami pelapukan dibandingkan batuan yang berada di bawah permukaan bumi.
Namun meskipun demikian, bukan berarti batuan yang berada di bawah permukaan bumi ini tidak bisa mengalami pelapukan ya…Batuan-batuan di bawah permukaan tetap dapat mengalami proses pelapukan, hanya saja harus melewati proses pengangkatan ke permukaan tanah terlebih dahulu. Proses pengangkatan batuan di bawah permukaan bumi biasanya terjadi melalui proses tektonik.
Proses pelapukan pada batuan dapat terjadi karena adanya reaksi fisik dan kimia antara batuan dengan interaksi udara, air, maupun organisme tertentu. Setelah batuan menjadi lapuk, nantinya akan menjadi material sedimen melalui sebuah proses erosi.
3. Proses Erosi
Setelah mengalami proses pengangkatan dan pelapukan, proses selanjutnya adalah erosi. Dalam proses ini, air berperan paling banyak dalam siklus batuan. Air yang mengalir, misalnya dari sungai, dapat mengangkut material-material pelapukan batu menuju tempat lain. Selain air mengalir, ada juga angin dan gletser yang mampu mengangkut material menuju tempat lain alias berpindah.
4. Pengendapan dan Pembentukan Batuan Sedimen
Material-material dari pelapukan batuan beku yang telah terangkut atau berpindah ini, lama-kelamaan akan mengendap di suatu tempat dan bertambah menjadi semakin banyak. Berhubung jumlah batuan yang mengendap ini semakin banyak, maka lama-kelamaan batuan juga akan mengeras. Proses itulah yang membentuk sebuah batuan sedimen.
5. Batuan Sedimen Berubah Menjadi Batuan Metamorf
Keberadaan batuan sedimen memiliki jumlah yang tidak sedikit, terutama di bawah permukaan bumi. Ketika batuan tersebut tidak tersingkap menuju ke atas permukaan bumi terutama saat terjadi proses pengangkatan (tektonik), maka batuan tersebut justru akan terkubur lebih dalam lagi.
Semakin dalam batuan sedimen terkubur di bawah permukaan bumi, maka akan semakin besar kemungkinannya untuk terpapar suhu dan tekanan dari kompresi tektonik serta energi panas yang berasal dari panas bumi. Akibatnya, batuan akan berubah hingga menjadi batuan metamorf atau malihan.
6. Batuan Metamorf atau Malihan Berubah Kembali Menjadi Magma
Berhubung batuan ini memiliki siklus atau perputaran layaknya air hujan, maka batuan metamorf atau malihan ini juga akan kembali lagi menjadi magma. Nah, dari magma itu nantinya akan mengalami proses selanjutnya, hingga begitu seterusnya.